Iklan

Anak yang Tewas Dibanting di Muara Baru Diperlakukan Beda oleh Ayah, Padahal Selalu Ingat Keluarga

Friday, December 15, 2023, December 15, 2023 WIB Last Updated 2024-04-27T09:09:56Z

BATAVIAPOST.COM - Tetangga sebut Kurniawan (10) alias Awan mendapat perlakuan berbeda dari sang ayah, Usman (44) dibanding saudaranya yang lain.

Awan merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan suami istri, Usman dan Halimah (42).

Pilunya, Awan tewas setelah dipukul, ditendang, lalu dibanting Usman pada Rabu (13/12/2023) siang di sekitar rumahnya di Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara karena emosi sesaat.

Ketua RT 22/RW 17, Sudiono mengatakan Usman memang kerap melakukan kekerasan fisik kepada Awan.

Warga yang sering melihat Usman melakukan aksi keji kepada anaknya tersebut.

"Ayahnya ini ringan tangan, suka mukul anaknya sendiri. Sering warga lihat itu pelaku menjewer kuping, dikeplok (tampar)," kata Sudiono di RS Polri Kramat Jati, Kamis (14/12/2023).

Tak tinggal diam, pengurus pun kerap menegur Usman supaya berhenti melakukan kekerasan fisik.

Pasalnya, Usman kerap melakukan kekerasan hanya karena masalah sepele kepada Awan.

Menurut Sudiono, kesalahan yang dilakukan Awan merupakan hal biasa yang kerap dilakukan anak-anak seusianya.

Puncaknya, Usman melakukan kekerasan sampai membuat Awan meninggal dunia lantaran korban tak sengaja menabrak anak tetangga dengan sepeda.

"Itu yang anak tetangga ditabrak sama Kurniawan luka biasa saja (baret), enggak parah,"

"Namanya anak naik sepeda bagaimana sih. Namanya anak-anak, bandel biasa," ujarnya.

Sepengetahuan warga dan pengurus lingkungan RT 22/RW 17, dari total empat anak laki-laki Usman hanya Usman yang kerap mendapat perlakuan berbeda dari pelaku.

"Perlakuannya berbeda ke korban. Korban ini anak ketiga dari empat bersaudara,"

"Anak paling tua kelahiran 2004, anak kedua kelahiran 2010, nah Kurniawan kelahiran 2012, adiknya kelahiran 2015," tuturnya.

Padahal dikatakan istri Ketua RT setempat bernama Haria, Awan merupakan anak yang baik dan peduli keluarga.

Meski Awan anak disabilitas, tetapi korban sangat mudah bergaul bahkan dicintai warga.

Dulu, kata Haria, Awan pernah tersiram air dispenser hingga menyebabkannya kesulitan berbicara sampai sekarang.

“Waktu usia delapan bulan, dia kan belajar jalan, sedang merembet, ada dispenser, nah ditariklah dan tersiram. Untungnya kemaluannya enggak kena,” ungkap Haria dikutip dari Kompas.com.

Haria bercerita, Awan selalu ingat keluarganya.

Pernah suatu hari Awan diberi makanan oleh tetangga. Makanan itu lalu dibawa pulang karena ingin dimakan bersama ibu dan adiknya.

“Misalnya dia dikasih uang atau makan sama orang, dia selalu bawa pulang, kasih ke ibunya dan adiknya yang paling kecil,"

"Dia selalu prioritaskan buat ibunya dari uang imbalan yang dia dapatkan,” cerita Haria.

Namun sosok Awan kini tinggal kenangan.

Awan jadi korban kebringasan ayahnya yang tak bisa menahan emosi.

Saat jenazah Awan di solatkan di musala setempat, teman-teman bocah tersebut setia menunggu di luar.

Lalu ketika melihat keranda yang mengangkut jenazah Awan keluar dari musala, mereka langsung menangis.

Terlihat sejumlah tetangga juga tak bisa menahan kesedihan.

Mereka mengingat sosok Awan sembari menangis sampai matanya bengkak.

Atas kejadian ini, Usman segera diamankan aparat Polres Metro Jakarta Utara untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.





Komentar

Tampilkan

Terkini